oleh Lilis Sri Handayani
Salah satu pesan Rasulullah SAW, agar umatnya menggunakan masa mudanya sebelum masa tua, bagi Ikang Fawzi benar-benar membawa hikmah bagi dirinya. Bahkan, pesan tersebut mampu mengubah kehidupannya sebagai seorang rocker. Di usianya yang baru 33 tahun, pria kelahiran Jakarta, 23 Oktober 1959 tersebut, pada saat popularitasnya tengah naik ”terpaksa” menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. ”Ketika itu, belum ada niatan sedikit pun untuk berhaji, tapi saya terpaksa berangkat ke Tanah Suci,” kata Ikang.
Ketika itu, cerita musisi yang memiliki nama lengkap Ahmad Zulfikar Fawzi tersebut, dirinya tengah menikmati masa keemasan sebagai seorang rocker. Dalam usianya yang baru menginjak 33 tahun, tidak hanya popularitas yang diperolehnya, tetapi juga berbagai penghargaan serta materi yang berlimpah. Sementara itu, ketaatan menjalankan ibadah masih jauh dari kehidupannya.
Beruntunglah Ikang memiliki seorang istri seperti Marissa Haque. Perempuan yang telah memberikan dua orang putri itu terus membujuknya agar mau menunaikan ibadah haji. Marissa yang pernah menjalankan umrah sendirian ke Tanah Suci tersebut terus mendesaknya, sampai akhirnya meluluhkan hati sang rocker.
””Meski dengan setengah hati, sebagai suami saya merasa berkewajiban mendampingi istri menunaikan haji. Jadi, niat awal saya berangkat haji karena terpaksa menemani istri. Sedangkan saya sendiri secara mental masih belum siap,” ujar pria yang pernah menjabat sebagai wakil ketua Kamar Dagang Industri (Kadin) bidang Pemukiman pada era 1990-an tersebut.
Keputusan yang diambil Ikang, tampaknya memicu munculnya banyak godaan.
Ketika rencana berhaji itu diketahui teman-temannya, berbagai komentar miring pun mampir ke telinganya. Komentar-komentar itu membuat dirinya semakin ragu mengikuti ajakan istrinya.
”Ngapain naik haji saat umur masih muda? Ntar aja kalau sudah tua, sekalian tobat,” kata Ikang menirukan ucapan teman-temannya.
Namun demikian, meski banyak suara miring diarahkan padanya, jika Allah sudah berkehendak, apa pun pastilah terjadi. Meski dengan hati penuh keraguan dan persiapan yang minim, Ikang ternyata tetap ditakdirkan untuk menjadi tamu Allah.
Di luar dugaan, Ikang yang tidak tekun mengikuti manasik haji, bahkan tak hafal kalimat talbiyah, didaulat rekan-rekan sesama rombongannya untuk memimpin membaca kalimat tersebut. ””Permintaan para jamaah itu ternyata merupakan jalan dari Allah agar saya lebih mantap dalam menunaikan haji.”
Dengan bantuan sang istri, Ikang pun akhirnya bisa melafalkan kalimat itu dengan suara lantang khas seorang rocker. Dia pun mengaku merasakan getaran di dalam dadanya, tatkala kalimat talbiyah itu berulang kali meluncur dari mulutnya.
”Saya sadar, semua harta, penghargaan, dan popularitas yang saya banggakan tidak ada apa-apanya di hadapan Allah,” tutur Ikang.
Ikang pun langsung bersujud sambil menangis ketika pertama menginjakkan kaki ke Tanah Suci. Di tempat itu, dirinya seolah menyaksikan gambaran perjalanan hidup yang selama ini dijalaninya kurang baik.
”Saya menangis sejadinya-jadinya dan memasrahkan semuanya pada Allah. Bahkan, kalau Allah mencabut nyawa saya saat itu juga, saya ikhlas,” kata Ikang.
Ikang kemudian bertekad menggunakan semua waktunya selama di Tanah Suci untuk memperbanyak ibadah. Bahkan, dia mengaku jarang tidur. Semua amalan yang wajib dan sunah, dikerjakannya dengan tekun. Saat itulah, dirinya mengaku sangat beruntung bisa menunaikan ibadah haji ketika usia masih muda.
””Menunaikan ibadah haji di usia muda banyak sekali manfaatnya, fisik kita masih kuat, ini sangat menunjang untuk memperbanyak ibadah. Apalagi, selama menjalankan ibadah, adu fisik dengan jamaah dari negara lain yang berpostur tubuh besar tidak bisa dihindari,”” kata Ikang menambahkan.
Hikmah berhaji di usia muda tak hanya dirasakan Ikang selama berada di Tanah Suci. Setelah kembali ke Tanah Air, perubahan untuk menjadi Muslim yang lebih taat pun dijalaninya. Meski secara bertahap, berbagai kebiasaan negatif yang acapkali dilakukannya, seperti mengonsumsi minuman keras, bisa ditinggalkan.
Tak hanya itu, Ikang juga mengaku lebih bisa bersabar dalam menghadapi apa pun. Padahal, pelantun lagu Preman itu biasa menghadapi kekerasan yang dialaminya dengan kekerasan pula. Namun, berbagai peristiwa yang dialaminya selama berhaji, mampu mempertebal kesabaran dalam dirinya.
””Saya merasa menjadi ”orang lain” setelah pulang haji. Saya jadi berpikir, kalau dulu saya tidak berhaji saat masih muda, mungkin sekarang saya jadi orang yang lupa diri,”” ungkap Ikang. ed :m as”adi/yto
Sumber (1): http://www.jurnalhaji.com